Sebenarnya bingung mau cerita apa. Terlalu kompleks kayaknya. Seandainya saya paksakan untuk mengurai kata, pastinya tidaklah bisa focus ke satu tema. Larinya kemana-mana. Ya, maklumlah keadaan seperti ini. Situasi yang menguras emosi dan kesabaran. Ujian. Situasi yang sulit bagi semua orang. Pandemi yang menggerogoti setiap sudut sendi tatanan kehidupan. Kayaknya dunia lagi melakukan seleksi alam. Siapa yang kuat dan mentaati peraturan, itulah yang bertahan.
Keluh kesah hal yang sama dirasakan setiap orang. Kalau kita keluar rumah dan ngobrol-ngobrol, nanti ujung-ujungnya virus corona yang menjadi penyedapnya. Covid-19 yang menjadi cacian makinya. Sumpah serapah dan kutukan tertuju pada wujud yang kasat mata itu. Benda yang tak tampak, tapi benar-benar merepotkannya. Merusak dan mengobrak-abrik tatan sosial, budaya dan perekonomian.
Tu kan, akhirnya Corona yang dibahas, melenceng dari judulnya. Sudah hampir empat bulan corona menjadi berita hot. Dan membuat semangat menulis ikut menurun drastis. Bagaimana tidak turun terjun bebas, job-job yang biasanya mengalir, tiba-tiba seret. Mau tidak mau ya harus banting setir. Agar keperluan dapur tetap terjaga. Akhirnya ya kerja serabutan. Kerja otot.
Walau malas menulis, saya justru aktif membuat konten video youtube. Sebenarnya hanya untuk hiburan belaka. Kalau menulis artikel kan harus buka laptop atau PC, sedangkan jika main YouTube cukuplah dengan perangkat handphone. Jadi main YouTube lebih praktis dan simple, apalagi aplikasi pendukungnya sudah top markotop. Saya edit videonya menggunakan aplikasi Kinemaster. Dan edit thumbnailnya menggunakan aplikasi Pixellab, PicsArt dan Background Erase.
Tema konten video YouTube saya, kini didominan jajan di Warung atau Pedagang Keliling. Jika ada rezeki dari menulis, sebagian saya buat traktir anak-anak. Sekedar ingin berbagi kegembiraan saja. Walau pendapatan dari menulis masih sedikit, tidak ada salahnya untuk disyukuri dan nikmati. Yang penting berkah.
Membuat senang hati orang kan termasuk ibadah. Termasuk menyenangkan pedagang, agar dagangannya laku. Sekaligus saya ingin mempromosikan usahanya, agar tambah dikenal banyak orang. Kadang saya sangat terharu dan ingin menangis. Belanja tidak seberapa, masih dalam hitungan dibawah lima puluh ribu rupiah, tapi pedagang giranganya kayak ampun. Sedangkan digenggaman saya masih ada seratus ribu rupiah.
Pada intinya jangan pelit untuk membeli dagangan orang, selama ada rezeki ditangan. Entah itu berapa kadarnya, keluarkan dan belanjakan. Ih itu namanya mengajarkan boros, kepada anak-anak! Eits jangan salah jika niatnya baik, Tuhan akan tetap menjaga anak-anak kita. Kalau beli barang/makanan tidak dimakan/tidak ada manfaatnya bagaimana? Pedangang itu tahunya dagangannya laku, pulang bisa membawa uang dan bisa menafkahi anak. Perut keluarganya kenyang.
Jika beli makanan tidak dimakan, bisa jadi itu adalah rezeki bagi ayam atau semut. Sedekah sesama makluk kan juga ibadah. Oh gitu ya! Iya, menimbun duit juga termasuk dosa. Karena dengan menimbun duit, tidak terjadi perputaran keuangan. Oh saya baru paham! Eits, tapi jangan lupa, subscribe channel Youtube saya. Ah dasar kampret, buntutnya ada saja!