Media Social ibarat dua mata pisau, mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Dunia facebook dikejutkan dan dihebohkan dengan video live seorang suami yang gantung diri. Ngeri dan miris aku menonton video tersebut. Kenapa bisa senekat pria itu mengakhiri hidupnya dengan gantung diri dirumahnya. Ya, karena ingin menunjukan cinta matinya pada istrinya. Tapi apakah harus seperti itu ? Pertanyaan mengawang-ngawang dalam benak kepalaku.
Percecokan rumah tangga yang disebabkan kepergoknya isi chating salah satu dari mereka. Berbuntut kecemburan dan curiga. Isi pesan terakhir sebelum dia mengakhiri hidupnya :
" Halo nama gua IP, gua punya istri nama DF, yang notabenenya 17 tahun sudah gua nikahin. Gua cinta mati sama dia, yang enggak tahu kenapa emang bukan jodohnya sekarang. Jadi sekarang dia pergi enggak tahu ke mana, ninggalin gua sama anak-anak. Susah juga sih ngejelasinnya gua. Sekarang gua enggak tahu apa, gua bimbang. ya kita lihat saja, gua berani apa enggak. kalau pun gua berani melakukan hal yang sebenarnya gua enggak berani, kita lihat saja. mungkin gua akan siarin secara langsung, atau buat kenang-kenangan istri gua "
Kalau menurut pengamatanku, video ini direkam menggunakan kamera depan handphone, karena kualitas videonya sangat rendah. Dan menurut analisaku juga, sebenarnya dia juga takut untuk bunuh diri, karena beberapa kali dia gagal memasukan tambang ke kepalanya atau dia sering sekali membetulkan posisi talinya. Detak jantungnya juga berdegup kencang, tampak gemetar.
Dan saat mengantungkan diri, ada upaya tangannya untuk menggagalkan niatnya. Memegang tali sampul, untuk melepakan ikatannya. Dia menahan kesakitan. Tapi apa boleh buat daya tenaga melemas, ikatan tambang tidak bisa dikendorkan lagi. Semakin mengencang. Dia berputar-putar dalam ayunan. Sehingga tali tambang berubah letak, yang awalnya dibelakang leher berpindah kedepan wajahnya. Tak berselang lama. wassalam sudah.
Dan saat mengantungkan diri, ada upaya tangannya untuk menggagalkan niatnya. Memegang tali sampul, untuk melepakan ikatannya. Dia menahan kesakitan. Tapi apa boleh buat daya tenaga melemas, ikatan tambang tidak bisa dikendorkan lagi. Semakin mengencang. Dia berputar-putar dalam ayunan. Sehingga tali tambang berubah letak, yang awalnya dibelakang leher berpindah kedepan wajahnya. Tak berselang lama. wassalam sudah.
Itulah cinta, kadang membuat buta. Takut kehilangan sehingga berbuat diluar nalar. Apakah serapuh ini jiwa orang Kota ? Apakah sikap individualisme semakin parah ? Nilai sosial dan kepekaan terhadap lingkungan sudah menipis ? Dan penonton siaran langsung tersebut apakah tidak ada yang berusaha menasehatinya ? Ah, semua terasa berharga jika sudah tiada.