Ingatkah dulu saat kau kuberi kejutan ciuman mesra ? Kau begitu kagetnya, dengan wajah merah merona. Kau ingin memberontak tapi kau menikmati kehangatan itu sehingga kau hanya bisa pasrah saja. Dan aku pun tahu, kau ingin lebih dari itu. Kau ingin lebih lama lagi. Degup jantungmu berdetak dengan kencangnya. Badanmu terasa lemas tidak berdaya. Sebenarnya kau juga mencintaiku. Kau juga diam-diam manaruh hati padaku. Hanya saja, kau begitu malu untuk mengakui itu. Masihkah kau ingat kejutan itu ?
Waktu berlalu dengan cepatnya. Jarak semakin memisahkan kita. Raga ini semakin menjauh darimu, tapi aku masih mencintaimu. Cinta yang penuh gelora, kerinduan yang tidak pernah sirna. Rindu menderu-deru, memanggil namamu. Cinta dan hatiku masih untukmu. Apakah kau disana merasakan hal yang sama ?
Daun jatuh tidak membenci angin, karena daun menyadari itu adalah kesalahan dirinya sendiri. Daun rapuh tanpa diterpa anginpun akan berguguran dengan sendirinya. Beda seandainya, dedaunan itu kokoh punya ikatan yang kuat dengan dahannya. Angin topan datang tidak mampu mengoyahkannya.
Ya, hatiku rapuh. Tidak punya kekuatan untuk jauh darimu. Bayangan wajahmu selalu melekat dalam gerak langkahku. Dimana saya berada, disitu selalu ada samar-samar tubuhmu. Aku tidak mampu melupakanmu, walau hanya sekejab saja. Kerinduan ini menyiksa. Cinta ini membuatku merana. Cinta yang tidak pernah terucap. Cinta dalam diam-diam.