Quantcast
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1350

Terimakasih untuk Sang Mantan


Bercerita tentang masa lalu, membutuhkan energi yang luar biasa. Patah hati dan nestapa karena khianat cinta, tidak bisa terhempas dari ingatan kepala. Walau rasa sakit itu telah tiada, tapi goresannya masih membekas abadi disanubari. Perlu kekuatan besar untuk bercerita tentang sang mantan. Serpihan-serpihan kaca cinta, jangan sampai menusuk kembali. Berdarah, yang akan menimbulkan rasa dendam. Sakit terulang lagi yang akan mengakibatkan kebencian dan amarah kepada sang mantan.


Betapa besarnya cintaku dulu kepada sang mantan. Cinta yang melebihi tingginya gunung Himalaya. Cintaku begitu dalam, dalamnya melebih samudra Atlantik. Cintaku begitu putih ( suci ), melebihi putihnya salju yang biasa turun di negeri Eropa. Lembutnya cintaku melebih kelembutan kain sutra. Aku sendiri tidak begitu tahu dan mengerti, kenapa sampai begitu tergila-gilanya padamu. Setiap detik, kerinduan senantiasa menggebu. Bayangan wajahmu senantiasa membututi kemana aku pergi.

Kecantikan dan keindahan tubuhmu telah meracuni pikiranku. Suara manjamu, senantiasa aku tunggu. Di depan mataku, kau begitu sayang dan begitu perduli. Lemah lembut kau melayani diriku. Ah, aku telah kecanduan asmaramu. Tapi tiada aku sangka, dibelakangku kau begitu tega menduakan hati. Diam-diam kau mencintai orang lain. Dan begitu lihainya kau membagi waktu dan cinta. Kau tusukkan belati berkarat dipunggungku.


Malam minggu kelabu, saat aku bertandang apel ke kostmu. Sedang aseknya aku menikmati malam minggu bersamamu, tiba-tiba ada lelaki datang dengan nada amarah. Cacian maki terlontarkan dari mulutnya. Dan saat itu hampir saja aku tersulut emosi. Tapi aku berusaha untuk tetap bersabar. Aku lontarkan pertanyaan kepadamu, " Kau milih siapa ? Aku atau dia ? Petir menyambar di jantungku, saat kau menjawab, " Dia ". Lemas dan pucat. Keringat dingin mengguyur tubuhku. Aku meninggalkan kostmu dengan lunglai. Aku kalah, terasa dipermalukan olemu !!

Seiring perjalanan waktu. Aku telah mendapatkan penggantimu. Dan jujur saja, dulu aku sangat ingin mendapatkan seutuhnya tubuh dan cintamu. Aku ingin sekali melamarmu dan menjadikan istriku. Tapi Tuhan berkehendak lain. Dan kau sampai saat ini, telah tiga kali gagal membina rumah tangga dalam waktu yang singkat. Aku turut ikut prihatin. 

Terimakasih untuk sang mantan, kau adalah guru terbaikku. Kau mengajariku tentang sakit hati dan perihnya sebuah perpisahan. Dan aku belajar untuk melangkah menjadi pribadi yang lebih baik. Dan akhirnya aku penemukan kebahagian sejati bersama orang lain.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 1350

Trending Articles