Hujan dari pagi sampai menjelang sore belum ada tanda-tanda akan reda juga. Udara dingin sampai menerobos dalam kamar saya yang sempit. Ukuran 4x4 meter. Tergolong kecil dan pengap pastinya. Gemuruh dan petir menyambar-nyambar, membuat jantung saya berdegup dengan kencangnya. Ada rasa takut. Tulang-tulang terasa ngilu. Hati jadi resah.
Kegelisahan itu, membawa saya mengingatkan akan masa lalu. Masa yang pernah saya lewati. Masa yang begitu sulit tapi penuh dengan kegilaan. Kesedihan tapi menyimpan kelucuan. Saya sering berkaca didepan cermin, memandang wajah saya berlama-lama. Kalau dipikir-pikir, tampan saya ini tidaklah terlalu jelak-jelek amat. Kalau dinilai, mungkin mendapat point 10 dari nilai 1-1000. Masih lumayan bukan?
Tapi entah mengapa, kalau urusan asmara, tidak bisa berjalan mulus. Selalu gagal, lebih banyak ditolak saat mengatakan cinta pada seorang wanita. Mungkin sudah seratus surat cinta yang saya kirim kepada teman-teman wanita karib saya. Balasanya selalu mendapatkan surat dengan amplop warna merah. Pertanda ditolak.
Dan saya juga pernah mengatakan cinta secara langsung kepada seorang teman yang bernama Niken. Jawabanya sungguh membuat darah ini mendidih. Yang katanya, saya orang tidak tahu diri dan tidak tahu malu. Tapi saya hanya terdiam, tertunduk dengan wajah layu. Ah, saya terlalu lancang, anak gadis Pak Lurah kenapa saya tembak?
Akhirnya saya putus asa, tidak mau lagi mencari pacar dari golongan manusia. Saya ingin mencari pacar dari golongan jin saja. Tengah malam, saya sering keluar rumah, menyusuri jalan perkampungan, melewati sungai besar dan pemakaman umum seorang diri. Gelap-gulita, sepi senyap bertemankan lampu obor. Jika ada suara paling hanya jeritan jangkrik dan gesekan pohon bambu. Hal itu saya lakukan, dengan harapan bisa bertemu dengan jin perempuan. Yang nantinya akan saya jadikan pacar. Ya, syukur-syukur bisa menuju kepelaminan.
Dengan seiring perjalanan waktu. Dan semakin sedikit mengenal dunia jin. Saya tidak mau lagi berharap punya pacar dari makhluk jin. Ternyata wajah jin itu sungguh menyeramkan. Bahkan bisa dikatakan menakutkan. Kita bisa berdiri kaku dan terkencing-kencing atau bahkan pingsan saat berjumpa dengan jin, yang datangnya susah ditebak. Nongol dan pergi sesuka hatinya. Sekelebat.
Soal kekasih, kini saya tidak mau memaksakan diri. Saya yakin, jika tiba waktunya, pujaan hati akan datang dengan sendirinya. Pada saat ini, saya lebih perduli dan berkasih-sayang dengan diri-sendiri terlebih dahulu. Mencintai diri sendiri, sebelum saya dicintai orang lain. Ah, semua itu hanya sekedar menghibur diri.