Musim panas yang berkepanjangan, dengan terik matahari yang begitu menyengat. Membuat magma isi kepalaku terasa mendidih. Bergelembung dan menggumpal, sesekali meletup-letup dan meledak. Terus dan silih berganti, sehingga membuat tensi darahku naik. Pening kepala, pusing yang mengacaukan segala rencana. Dan aku pun tidak bisa berpikir jernih. Yang ada hanya kemarahan yang tertahankan.
Hidup ini untuk terlepas dari rasa kecemasan dan kekwatiran begitu sulitnya. Ketakutan akan masa depan yang belum pasti begitu hebatnya. Walau sebenarnya semua itu hanyalah sekedar bayangan semu belaka. Tapi, jika sudah terlanjur merasuk dalam pikiran, terjerat dalam tali-tali saraf otak. Sulit sekali untuk membebaskan.
Apakah manusia itu seperti itu? Terbelenggu dengan mimpi dan cita-cita yang belum pasti wujudnya. Sehingga melupakan kenikmatan yang diperolehnya saat ini. Apakah manusia itu sering lupa, bahwa kehidupan yang sebenarnya adalah hari ini. Yang lalu telah menjadi sejarah, dan esok belum pasti menjadi miliknya. Aku tergolong manusia seperti itu.
Mengurai rimba dalam pikiranku begitu sulitnya. Aku berusaha untuk menyibaknya, tapi tetap kegelapan yang aku temukan. Aku rindu cahaya. Sinar yang mampu menunjukan jalan keluar dari kubangan keresahan hati dan pikiran. Aku merasa lelah dan kewalahan.
Jika ketakutan dan kegelisahan itu datang. Keringat dingin bercucuran. Sulit tidur, pikiran melalang buana. Kelopak mata, sulit untuk dipejamkan. Berperang dan berkecambuk dengan hal ketidakpastian. Degup jantung begitu kencangnya. Obrolan hati yang tidak berkesudahan. Meratap dan menyesali suatu hal yang seharusnya tidak perlu. Ah, aku tidak bisa menemukan makna dan hakiki dari kehidupan ini.