Quantcast
Channel: Djangkaru Bumi
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1331

Pemilu Serentak yang Bikin Nafas Sesak

$
0
0
Pemilu Serentak

Pemilu serentak. Sungguh luar biasa, Indonesia untuk pertama kalinya melakukan pemilu yang dijadikan satu, dari pemilihan Presiden, DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. Wah, benar-benar menantang. Mungkin maksudnya biar hemat biaya, tenaga dan waktu.  Tapi kenyataannya anggaran yang dikeluarkan juga tidak kalah fantastis. Menurut portal detik finansial, anggaran pemilu untuk tahun 2019 mencapai 25 T.

Pemilu serentak yang direncanakan atau diharapkan bisa lebih efisein, tapi kenyataan di lapangan sangat berbeda. Penghitungan suara di tingkat TPS ( Tempat Pemungutan Suara), bisa sampai tengah malam. Bayangkan saja, jika satu TPS peserta pemilihnya 250 orang, berartikan 250 dikalikan 5 surat suara. Apa tidak lelah itu menghitungnya?

Belum lagi tenaga sebelum hari pencoblosan. Sudah melakukan mendataan peserta pemilih, persiapan mendirikan tenda dan sarananya semisal kursi dan meja. Otomatis tenaganya sudah tersedot sebelum pencoblosan. Apa tidak lelah itu petugas KPSS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara)-nya.

Saya mengamati petugas KPSS ditempat saya tinggal begitu sibuk sampai tengah malam. Kalau saya hanya mengamati, karena saya bukan anggota dari KPPS. Saya juga tidak berani ikut campur, semisal membantu. Takutnya justru merecokin. Ya, hanya sekedar melihat saja.

Belum lagi setelah pencoblosan. Harus bongkar tenda dan mengembalikan sarana pinjaman. Lelah dan bikin nafas sesak pastinya bukan? Belum lagi bicara soal honor, tergolong kecil. Konon katanya hanya Rp 600 ribuan, itu pun sesuai dengan tingkat golongan. Bahkan ada yang dibawah dari honor tersebut. Kasihan bukan? Seharusnya sesuai upah UMR, walau pun kerjanya hanya beberapa hari. Ya, kayak itu petugas KPU pusat, tiap bulan gajian terus.

Yang lebih parah dan menyakitkan jika kena omelan. Sudah capek kerja, honor minim. Kena semprot orang. Dianggap kerja tidak jujur, walau hal itu ada. Tapi kan tidak semuanya. Aduh tambah lelah dan pening. Bikin tensi darah naik. Lelahnya jadi berlipat-lipat.

Kalau bisa, pemilu serentak ini perlu dikaji ulang. Kalau penurut pengamatan saya juga. Pemilu serentak ini lebih menguntungkan, calon presiden dan anggota DPR. Sedangkan yang kerja mati-matian calon anggota DPRD Provinsi/Kota. Mungkin calon anggota DPRD Provinsi/Kota yang lebih banyak mengeluarkan modal, sedangkan calon yang lainnya hanya numpang atau mejeng nama dan photo di baleho, spanduk dan bannernya.

Kalau bisa, pemilu serentak ini dibagi dua. Pertama Pemilihan Presiden, DPRD dan DPD. Yang kedua pemilihan Gubernur, Bupati/Walikota, dan DPRD Provinsi/Kota. Rakyat akan benar-benar tahu siapa yang layak dipilih dan menjadi pilihannya. Tidak kayak kemarin, semisal saya hanya asal mencoblos. Karena saya tidak tahu itu siapa calon anggota DPR, DPRD dan DPD. Deretan nama-namanya begitu asing. Saya hanya mengenal nama calon presiden saja, yaitu Pak Jokowi dan Pak Prabowo.

Ah ini hanya sekedar obrolan warung kopi. Kemungkina ada data atau penulisan yang salah. Harap maklumi saja. Negeri ini memang dalam tahap belajar demokrasi. Kalau ada kekurangan dan kesalahan, mari kita benahi bersama. Tidak perlu menghujat, atau bahkan sampai mengutuk tujuh keturunan penyelanggara pemilu. Hargailah kerja mereka. Jika tidak puas, tempuh jalur hukum. Semua ada wadah dan jalurnya.

Viewing all articles
Browse latest Browse all 1331

Trending Articles