Sekarang lagi ramai tentang isu pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal. Pengangguran semakin tambah banyak. Ada lowongan yang dibutuhkan satu tenaga kerja saja, yang melamar pekerjaan bisa ratusan bahkan ribuan. Lihat dan perhatikan saja, jika ada informasi lowongan pekerjaan, antriannya bisa menguler pajang. Tapi bagaimana lagi, memang lagi jamannya begini. Mau ngeluh dan sambat, yang ada justru menambah beban pikiran. Yang penting terus semanga, pantang menyerah dan tidak boleh putus asa.
Ya jadi ingat nasehat ustaz kampung saya. Masa lalu, tidak perlu disesali, yang sudah berlalu biarkan berlalu. Tidak berlu berandai-andai lagi, "coba begini, tidak akan begitu dah". Apa yang sudah terlewatkan, jadikan kenangan, pelajaran untuk menjadi lebih baik lagi. Sama halnya juga, masa depan tidak perlu dicemaskan, takut dan dikawatirkan. Masa depan dirancang boleh, tapi jangan terlalu berharap sesuai keinginan. Nikmati hari ini, teruslah bersyukur karena masih diberikan kesempatan hidup.
Setiap masa, entah itu masa lalu, hari ini dan masa depan pasti ada yang namanya rasa senang dan susah. Rasa itu tidak ada yang abadi, pada hakeketnya hidup ini hanya sementara. Semuanya berputar. Tergantung, mau mengingat hal yang senang atau hal yang susah. Orang yang pandai bersyukur, pasti akan memandang dari sudut nikmat. Tapi kalau orang yang suka sambat dan mengeluh, akan memandang dari sudut yang yang membuat hatinya kecewa.
Saat kena PHK, hati bersedih dan ada rasa takut dengan hari esok, itu hal yang lumrah dan manusiwi. Hampir semua orang mengalami kecemasan seperti itu. Tapi kata pak ustaz saya, " Yang penting jangan masuk ke area gawang keputusasaan". Yakin bahwa Tuhan, akan membuka pintu rezeki dari arah yang tidak terduga. Jangankan membuka pintu, Tuhan mampu membuatkan pintu baru. Nasehat ustaz saya keren juga ya? hehehe.
Aduh saya itu sebenarnya mau bahas apa ya, kok sampai larut atau terbawa keadaan kekinian. Tapi memang benar juga seh, setiap hari yang kita lalui, ada rasa senang dan rasa sedihnya. Contohnya? Ya kita ambil contoh dari Gubernur Jawa Barat dah yang lagi viral itu, KDM Kang Dedi Mulyadi. Dulu saat beliau bercerai, raut wajahnya nampak sedih dan gelisah. Eh kini, nampak riang banget, karena bisa mencari calon istri yang lebih kinyis-kinyis lagi hahaha. Coba seandainya dulu tidak bercerai, belum tentu juga lolos jadi gubernur Jawa Barat. Husst....! Sensitif banget contohnya Bang!
Aduh tambah ngawur saja nih kata pembukanya hahaha. Saya itu sebenarnya ingin bercerita sosok pria asal Pemalang Jawa Tengah. Seorang bapak yang sudah punya anak dua, yang menekuni sebagai seorang penjual cilor dan maklor keliling Jakarta. Sudah 12 tahunan lo, sungguh luar biasa bukan? Waktu yang tidak sebentar lo! Iya tahu Bang, kalau tidak pakai kata lo, emang kenapa seh?
Apa itu cilor dan maklor? Cilor, aci goreng. Dan Maklor itu kepanjangannya makroni goreng. Kirain, maklor itu habis makan terus molor, hahaa. Cilor dan maklor, jajanan anak sekolah. Eits jangan salah, bukan hanya anak sekolah saja yang beli. Orang dewasa juga mencintainya lo. Karena rasanya yang enak di lidah. Harganya berapa? Satu cetakan itu harganya seribu rupiah. Gimana, murah meriah bukan? Lihat saja itu, yang beli sampai antri. Rasa cilor dan maklornya memang special lo!