Saat aku diundang Sahabat lamaku, untuk menyaksikan dan memberikan doa, atas terkabulnya niat bisa berkurban. Walau umurku masih tergolong muda, berkisar 25 tahun tapi teman-temanku menuakan diriku. Katanya aku pantas menjadi tetua, karena berjenggot. Cocok sekali jadi ustadz. Terasa aneh dan kikuk. Tapi aku menghormati dan menghargainya. Ada rasa malu, karena ilmu tentang agama begitu minim dan tipis. Jika berdoapun aku lebih banyak menggunakan bahas Indonesia daripada bahasa arab.
Yang membuatku terheran adalah cara potong hewan kurban. Setelah dipotong, dipompa lewat anus tapi sebelumnya lehernya diikat. Otomatis, kambing jadi mengembung. Kemudian dibakar, dan dibersihkan bulunya. Baru dipotong-potong. Katanya, biar semua daging kurban bisa termakan sehingga tidak ada sisa daging yang terbuang.
Kalau ditempat tinggalku, diseset kulitnya atau dikuliti. Sehingga yang dibagikan itu dagingnya. Nah, nanti kulitnya dijual atau diberikan ke orang lain sebagai imbalan/jasa atas memotong kambingnya. Kalau ditempat Sahabat bagimana cara memotong kambing, apakah nanti dibakar juga ? Tiap daerah ternyata mempunyai keunikan tersendiri dalam memotong kambing.