Demo 4 November telah usai. Tapi menyisahkan residu yang berbau anyir. Berbau politk atau benar-benar membela agama? Masih penuh tanda tanya. Aku salut dengan aksi kemarin, tergolong rapi dan kemantangan demokrasi telah tumbuh. Terjadi huru-hara tapi bisa dilokalisir dan dicegah penyebarannya. Terimakasih buat para pendemo dan aparat keamanan sehingga Ibu Kota Jakarta tetap terjaga.
Demo 4 November juga memberikan keuntungan. Para pedagang meraup laba besar, khususnya penjual peci putih. Dan Sopir bus travel juga merasakan kecipratan rejeki. Apalagi tukang somay dan penjual tahu gorengan. Hati mereka dibuat berbunga-bunga. Pulang dengan membawa uang banyak. Pabrik mobil juga akan ikut kebagian, kerena pemerintah akan membeli mobil baru lagi, sebagai pengganti mobil Brimob yang dibakar massa. Terjadilah perputaran ekonomi yang saling menguntungkan. Tapi kasihan, tukang sapu/pembersih jalanan, kerjaan mereka akan bertambah banyak dan berat.
Nah, apa urusannya dengan blogger. Dengan adanya demo menuntut Ahok dipenjara karena diduga telah menistakan agama, para blogger juga merasakan dampak positifnya. Terbitlah bermacam judul artikel yang tema dan isinya tentang Aksi Demo 4 November. Entah dari sudut Pro dan kontra. Tambah seru, semangat menulisnya menggelora kembali. Mirip seperti pengamat politik gaya tulisannya dan ada yang bergaya penceramah.
Tapi ada yang lucu juga. Akibat Aksi 4 November, pertemanan di media sosial menjadi renggang bahkan putus pertemanan. Unfollow. Semua akibat beradu share link/tautan berita demo atau status ocehan media sosial. Hujat-menghujat dan caci-maki tampak sekali. Surga dan neraka seakan mereka yang punya. Dan mereka merasa yang berhak menentukannya pula. Aku dibuat heran, semudah itu mereka emosi. Oh, Luna Maya, ssst... dunia maya.