Di kampungku bisa dibilang kurang hiburan. Sepi dari keramaian. Pertunjukan musik, jika ada hajatan pernikahan atau tujuh belas agustusan. Musik dangdut adalah idolaku. Dimana ada panggung hiburan dangdutan, aku selalu datang. Ingin berjogat dan berdendang. Dan aku selalu berburu didepan panggung, Terasa ada kebanggan bisa menyaksikan artis dari dekat. Penyanyinya begitu cantik dan seksi, seindah syair yang dialunkannya. Pinggulnya meliuk-liuk begitu menggoda.
Kenapa harus didepan panggung ? Ada hasrat terpuaskan jika bisa melihat celana dalam sang biduan. Pada umumnya, artis-artis kampung suka pamer paha dan daleman. Entah, sengaja biar penonton bisa melihat dan nantinya ikut nyawer. Atau sekedar menggoda birahi sang penonton ? Aku sendiri kurang mengerti. Yang jelas bagiku, senang rasanya bisa melihat daleman sang artis. Warna merah, menyembul dalam celah-celah rok sempitnya.
Tapi pernah suatu seketika aku dibuat kecewa. Aku sudah bersusah payah, merengsek dan menerobos kerumunan penonton agar bisa didepan panggung. Tujuannya hanya ingin bisa melihat celana dalam sang biduan. Tapi semua itu, harus aku tebus dengan rasa penyesalan. Aku tidak bisa melihat celana sang biduan. Karena sang biduan tidak mengenakan celana dalam. Waduh, aku pulang dengan rasa gundah-gulana. Perjuanganku sia-sia. Aku tidak bisa menyaksikan sensansi celana dalam sang biduan. Sensansi warna merah itu.