Nak, mungkin saat kau membaca surat ini, Ayah telah tiada. Ayah telah dijemput Malaikat Maut untuk beristirahat dengan tenang. Ayah telah terkubur dalam liang lahat. Menjadi tulang-belulang. Ayah telah mendahului kau dan ibumu.
Ayah menyesal, tidak bisa menyaksikan kau tumbuh besar dan dewasa. Ayah tidak bisa menimang, menina bobokan lewat cerita dongeng yang kau suka sampai terlelap tidurmu. Atau Ayah tidak bisa lagi disampingmu, saat kau terjaga ditengah malam. Maafkan Ayahmu yang kini tidak bisa mengawasi dan mengajakmu bermanin lagi. Maafkan, Ayahmu Nak !
Tapi aku yakin, ibumu sanggup menjaga dan membesarkanmu. Aku yakin, ibumu mampu menjadi pelindung setelah ayahmu tiada. Karena ibumu adalah seorang yang tanguh, melebih kemampuan Ayahmu. Pesanku, Nak ! Patuh dan hormatlah pada ibumu yang telah bersusah payah mengandung dan melahirkanmu. Dan merawatmu hingga kini. Jangan kau kecewakan ibumu. Jangan kau membangkang nasehat ibumu. Berlaku lemah lebutlah pada ibumu.
Harapan dan doaku, semoga kau menjadi orang yang mandiri, bisa membanggakan dan menjaga nama baik kedua orang tuamu. Kehidupan semakin keras, jangan pernah menyerah. Teruslah berusaha dan tetaplah tegarlah. Bersikap santun, ramah-tamah dan penuh kasih terhadap sesama. Gapailah cita-cita dan keinginanmu agar kau bisa berguna untuk orang banyak.
Ayah akan hadir saat kau lelah dan keputusasaan melanda. Ayah akan menguatkan dan menghiburmu, walau hanya lewat mimpi. Perjalanan hidup masih panjang. Jika ada waktu, tengoklah pusaran Ayahmu. Salam rindu dari Ayahmu !