Bersusah-payah aku melupakan masa lalu. Masa-masa penuh kegetiran dan kepahitan. Kenangan itu masuk diam-diam dan memaksa mebenamkan dalam ingatan. Sulit sekali aku untuk melepaskan cengkramannya. Guritanya begitu kokoh dan kuat. Semakin untuk melupakannya, justru aku semakin teringat. Entah bagaimana caranya agar masa lalu itu tidak menjerat diriku. Tidak memenjarakan kebasanku untuk merah masa depan. Tidak menjadi belenggu, kebahagianku hari ini.
Apakah aku harus terus meratapi dan menyesali? Apakah aku harus terus menangisi? Masa lalu yang pernah aku lalui. Tapi sebuah masa yang tidak mungkin aku kembali. Hidup ini, terus bergerak maju. Berhenti sejenak, tergilas oleh roda kehidupan. Tercabik-cabik oleh jaman. Ya, aku sadar itu.
Kerianganku tergerus oleh masa lalu. Kakiku terikat rantai besi. Ah, ternyata aku lemah. Aku tidak punya daya. Aku putus asa. Bingung dipersimpangan jalan. Jangankan berlari. Merangkak pun aku tak bisa. Penyesalan dan penyesalan lebih berkuasa.
Malam semakin larut. Gerimis mulai terdengar. Gemuruh halilintar menyambar-nyambar. Kilatnya membuat hatiku semakin terluka. Kesedihanku terwakili gemercik air hujan. Tangisanku tidak terdengar. Akhirnya aku pun tertidur, berselimutkan duka. Berbantalkan kecewa. Mimpi dalam kenestapaan.